Teknologi yang dibenamkan dibalik printer (inkjet dan laser)
selalu menarik untuk diikuti. Jika printer inkjet yang banyak dipakai
dirumah dan dikantor kecil dibangun dari teknologi cairan, berbeda dengan printer
laser yang menggunakan media tinta berupa bubuk, atau yang biasa dikenal
dengan toner. Tidak peduli apakah sebuah printer laser memiliki
fasilitas warna atau tidak, pada prinsipnya kedua perangkat ini memiliki cara
kerja yang sama, yaitu dengan memanfaatkan listrik statis.
Inilah alasan utama mengapa printer laser harus menggunakan toner sebagai media tintanya. Minimal ada 6 komponen kunci yang dibutuhkan sebuah printer laser agar bisa bekerja, yaitu drum peka cahaya, fuser, lampu penetral, corona, unit laser, dan toner.
Saat informasi dikirimkan dari PC (komputer), printer mengubahnya menjadi data khusus yang siap ditulis oleh unit laser ke permukaan drum peka cahaya. Muatan di permukaan drum yang tercahayai laser akan berubah dari elektron positif ke elektron negatif.
Selanjutnya, drum akan berputar melewati bak toner
dan menarik toner (muatan positif) sesuai pola yang ditulis oleh laser
tadi. Saat melewati kertas dengan muatan negatif yang lebih kuat, toner
yang semula berada di drum peka cahaya akan berpindah lagi ke permukaan kertas.
Sisa muatan negatif pada drum peka elektron akan langsung dinetralkan oleh
lampu penetral (corona) dan siap untuk ditulisi data berikutnya.
Demikian seterusnya, sampai semua data tercetak dikertas.
Bubuk toner yang menempel di permukaan kertas dilelehkan oleh fuser dengan suhu tinggi agar menyatu dengan serat kertas. Sehingga tidak mengherankan jika semua dokumen yang baru saja tercetak dari printer laser akan terasa panas jika disentuh. Konsep kerja serupa juga berlaku di printer laser warna.
Cuma, jenis printer laser yang ini memiliki sejumlah drum peka cahaya, unit laser, lampu penetral, corona, dan toner lebih dari 1 buah, tergantung pada banyaknya warna yang didukung oleh printer tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya ya...